Rabu, 15 Juli 2015

Ibu Penjual Susu Kedelai di Gerbong Commuter Line

"Mbak mau susu kedelai?" Tanya seorang Ibu paruh baya, dengan sebagian rambutnya yang telah dipenuhi uban, dan mata sipitnya yang tampak begitu kelelahan.

Saya memperhatikan dalam diam, bingung. Aturan dilarang berdagang telah terpampang jelas hampir di seluruh bagian gerbong Commuter Line. Padatnya gerbong khusus perempuan juga membuat siapapun merasa risih bila ada yang berjalan selangkah demi selangkah hanya untuk menawarkan dagangannya. "Satunya tiga ribu, untuk berbuka puasa." Tambahnya lagi dengan wajah yang senyumnya tak kunjung mengendur.

Merasa iba, seorang ibu yang terlihat baru habis berbelanja baju lebaran, memesan lima bungkus susu kedelai. Untuk keluarga di rumah, katanya. Lantas si ibu paruh baya segera mengeluarkan lima bungkus susu kedelai dari tas ransel yang sedari tadi menempel di punggungnya. Gerakannya membuat remaja di kanan-kirinya sontak menoleh karena terkena tas yang digeser. "Ibu setiap hari jual susu kedelai di sini?" Tanya si ibu pembeli.

"Iya, biasanya hanya di gerbong khusus perempuan." Jawab ibu penjual susu kedelai, masih dengan senyumya yang menunjukkan begitu banyaknya keriput menghiasi wajahnya.

"Dari sini mau kemana lagi?"

"Habis sampai Manggarai, nanti saya balik lagi naik kereta yang lain. Pindah-pindah terus, seperti itu." Jawab ibu penjual susu kedelai tanpa merasa malu. Kegigihannya berjualan secara sembunyi-sembunyi patut diacungi jempol karena tadinya, saya berpikir bahwa Ibu ini mau pulang kampung karena membawa dua buah totebag kanan-kiri dan menggendong sebuah ransel yang ukurannya lebih besar dari punya saya.

Waktu berlalu. Namun si ibu penjual susu kedelai tak kunjung menghampiri saya yang sangat ingin membeli dagangannya. Jarak saya terlalu jauh dengan tempat berdiri si ibu. Dan apa yang saya ceritakan barusan hanyalah pengamatan saya dari pojok bangku Commuter Line yang hanya bisa membisu, seperti saya.

Kereta tiba di Stasiun Manggarai, sementara tujuan saya masih jauh. Dan ibu penjual susu kedelai melangkah turun bersana pengguna Commuter Line yang lain.

Ketika orang-orang berdesakkan dan tak mau kalah untuk masuk ke kereta yang menjadi tujuannya masing-masing, ibu penjual susu kedelai tetap memasang senyumnya. Berharap ada satu orang dari mereka yang membeli isi dari tiga buah tas yang ia bawa. Tanpa merasa takut dengan petugas yang siap menyeretnya keluar dari kereta kapan saja.





Stasiun Manggarai, 11 Juli 2015.


<span data-iblogmarket-verification="D1mJG9zh_LxT" style="display: none;"></span> 

9 komentar:

  1. susu kedelai itu susu kacang bukan? hmm... stasiun manggarai..
    baru 3 minggu lalu lewat situ. stasiun manggarai itu stasiun sebelum lenteng agung kan?
    emm... sebenarnya nggak ada salahny abuat beli susu itu walaupun sebenarnya kita nggak bener2 mau minum. seenggaknya kalau membeli susu itu bisa membantu meringankan beban si ibu, kenapa enggak

    BalasHapus
    Balasan
    1. stasiun manggarai yg deket jatinegara, jev. kalo yg lenteng agung itu pasar minggu bukan?
      sebenernya pengen banget. tapi ibunya jauuuuh, terus malu mau manggil :(

      Hapus
  2. sayang susu kedelai ini masih pro kontra buat cewek yang katanya bikin mium atau kanker :(

    BalasHapus
  3. mbak agit memang asik buat bawa jiwa ini ikutan ada di tempat" himpit"an itu kira" di gerbong itu ada jdohnya angki g ya mbak?? hahaha haseehh.... *efek nyari jodoh kok dikebon" angki" haha hasee

    BalasHapus
  4. saya juga suka sedih kalau misalkan ada ibu2 penjual makanan di daerah kampus saya kuliah jadinya maksain beli kasian supaya cepat habis :)

    BalasHapus