Kamis, 05 Desember 2013

Surat Kelima; Kereta Ekonomi

Kamis, 5 Desember 2013


Kepada kereta ekonomi yang selalu tabah..

Aku rindu bersandar pada dinding-dindingmu. Menatap luas keluar jendelamu. Melintasi pematang sawah, menyoraki anak-anak kecil bermain layang-layang. Aku juga rindu pergantian hari yang selalu kurasakan di lamanya perjalananmu. Sore menuju malam, malam berganti pagi. Biasan senja dan fajar bergantian membangunkanku yang tertidur bersandarkan jendela. 

Aku rindu suara-suara di dalam gerbongmu. Penjual nasi rames, telur asin, kopi, pop mie, dan banyak lagi, berlomba-lomba berteriak sekeras mungkin untuk menjajakan dagangannya. Bercengkerama dengan penumpang lain di gerbongmu. Atau sekedar duduk diam sambil membayangkan betapa asyiknya kota tujuanku. Aku juga rindu suara dengkuran halus yang berasal dari kolong kursimu. Rasanya lucu tiap kali berjalan di sepanjang gerbong dengan mengendap-endap menghindari kaki-kaki yang menjulur keluar. Iya! Beberapa penumpangmu kerap kali tidur di kolong kursimu hanya dengan beralaskan koran. 

Kini, tiap dindingmu dilengkapi dengan stop kontak dan aliran listrik. Hal ini memudahkan setiap penumpang untuk men-charger gadgetnya. Aku jadi mudah menghubungi orang yang akan menjemputku sesampainya di stasiun tujuan tanpa harus takut ponselku mati. Ah iya, seharusnya akhir November kemarin aku menggunakan jasa kereta ekonomi dengan tujuan Pasar Turi, Surabaya. Aku telah memiliki tiket kertajaya pulang-pergi. Namun Tuhan berkehendak lain, aku memiliki kegiatan lain yang tak bisa kutinggal. Tiket trip terakhir di tahun 2013 hangus sudah.




Aku rindu rasanya membuat cemas orang yang menungguku di stasiun tujuan...
Aku rindu rasanya dipeluk ketika sampai atau pulang...
Aku rindu...
Kamu.



Dear Dirut KAI,
Bolehkah tiket kereta tahun depan tak usah dinaikkan seratus persen?
Jika saja rinduku ini bisa dijual, mungkin aku bisa membeli tiket pulang pergi ke kotanya setiap akhir pekan---saking banyaknya rindu yang harus kutahan.



Salam


Dek Agit

1 komentar:

  1. seumur-umur aku cuma sekali naik kereta api. Itupun jangka pendek kota jakarta-bekasi.

    Semoga aja nggak naik 100% jadi aku bisa nyoba naik kereta api kembali hehehe

    BalasHapus