Akhir tahun 2013, saya berdiam diri di rumah. Tak seperti biasanya. Tiap akhir tahun kaki saya akan selalu gatal mengunjungi tempat-tempat yang saya inginkan. Seperti tahun lalu, saya ke Semeru. Atau dua tahun lalu, saya berdiri di atas gedung tertinggi di Sudirman hanya untuk melihat kembang api yang berada di bawah saya. Iya, kembang api-kembang api itu tak dapat menjangkau saya karena saya berada di lantai tertinggi. Entah lantai ke berapa puluh.
Kali ini saya hanya berdiam diri di rumah.
Mungkin raga saya terlampau lelah karena jalan-jalan selama tahun 2013 yang sudah kebanyakan. Saya merasa teler. Kekenyangan. Dan tak tahu harus kemana lagi merayakan Tahun Baru. Namun sejatinya, tahun baru bukanlah perayaan. Hanya pergantian hari dengan membuka kalender baru. Itu saja. Tak ada bedanya dengan hari-hari lain.
Tapi kali ini, saya merasa lain.
Ayah membeli seekor kambing. Tante saya membeli beberapa ekor ayam. Om-om saya membeli banyak jagung. Malam ini ada pesta. Pesta kembang api dan terompet. Sekaligus menyetel musik dengan volume sekencang-kencangnya sampai ke ujung jalan.
Saudara-saudara berkumpul. Mengelilingi bara api dan meja makan. Sementara saya hanya termenung di depan laptop. Dan Ibu terus menggerakkan telunjuk beserta ibu jarinya. Ia berdzikir.
Terus berdzikir.
Sampai kapan kita akan terus terlena?
Semoga awal tahun hingga seterusnya, keberkahan mengiringi langkah kita semua.
ada yang merayakannya, ada juga yang menggunakannya untuk berdzikir mengingat sang pencipta.
BalasHapusAku pengen kakak menulis artikel dengan gaya bahasa kamu di situsku. Semacam penulis tamu gitu. Mau nggak kak. Bagus banget soalnya tulisannya.
boleh, mas.. email aja langsung teknisnya gmana :)
Hapus