"Ah, lo orangnya nggak bisa diajak serius! Bercanda melulu!"
Kalimat di atas seringkali ditujukan kepada saya. Si kepala batu yang memiliki selera humor cukup baik. Saya adalah gadis kecil yang periang, yang hampir setiap saat tersenyum dan menunjukkan tawa di depan orang banyak. Bahkan di dunia maya pun, tak jarang celetukan saya mengundang tawa. Guyon sudah diajarkan Ayah sedari saya kecil. Agar hidup tak monoton dan menjadi stress karena terlalu serius.
Begitu pula pada saat saya mengajar di sebuah lembaga kursus. Sebutan "Miss Kocak" sudah tak asing di telinga saya. Gaya saya mengajar yang cenderung santai membuat anak-anak didik saya semakin senang belajar dengan diselingi tawa. Sebutan 'guru killer' jelas tak cocok bila disandingkan dengan nama saya.
Atau di twitter dan dunia maya. Hampir semua orang yang saya kenal selalu menyelipkan status-statusnya dengan humor. Kalaupun sedikit serius, biasanya hanya pencitraan. Bahkan menurut seorang teman; twitter ini panggung sandiwaraku.
"Gue baru bisa serius kalo lagi ngendarain motor di jalan raya kalimalang!"
Jawab saya tiap kali diajak berbicara serius. Memang benar adanya. Di jalan raya kalimalang, apabila saya tidak serius maka maut akan menjemput saya kapan saja. Motor berjalan pelan sedikit, pasti pengendara di belakang saya berisik menekan tombol klakson. Motor dibawa ngebut, pasti bahaya karena jalanan licin dan berlubang. Jadi, selain serius, mengendarai motor di jalan raya kalimalang juga harus ekstra hati-hati.
Lain dulu, lain sekarang.
Umur saya yang semakin bertambah setiap harinya dan pergaulan dengan teman-teman yang memiliki pemikiran jauh di atas saya, membuat saya mulai belajar serius. Mulai dari debat kecil atau sekedar berargumen. Membuat lelucon dan bercandaan harus sedikit ditinggalkan, bila tak mau disepelekan.
Sampai akhirnya saya terlibat dalam sebuah hubungan serius yang tak hanya main-main.
Sebelum ada dia, saya pikir serius itu hanya bisa saya lakukan ketika mengendarai motor di jalan raya kalimalang. Ternyata saya salah, dia termasuk salah satu alasan mengapa saya serius.
Dan dia memang sudah selayaknya diseriusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar