Hai, Neptunus.. Apa Kabar?
Akhir-akhir ini Kamu terkenal lho di negaraku.
Novel Perahu Kertas karangan Dee Lestari akhirnya dijadikan film yang bersambung. Iya, maksudku, jadi 2 bagian. Tapi tenang, sebagai agen yang baik aku sudah nonton keduanya. Perahu Kertas 1 & 2.
Tapi, Neptunus..
Jujur, aku sedikit kecewa dengan filmnya. Banyak adegan di novel yang tak ada di film. Tak ada adegan Kugy makan pisang sama sekali, sungguh! Padahal Kugy setiap kemana-mana bawa pisang susu kan? Yasudah lah, aku kan bukan sutradaranya, toh walaupun ceritanya berbeda dengan aslinya, penonton perahu kertas tetap antusias. Bahkan sebagian besar menjadi agenmu.
Neptunus, aku mau cerita..
Tapi aku tak bisa seperti biasanya, membuat perahu lalu meluncurkannya ke laut agar sampai kedepan kerajaanmu. Kamu tetap bisa melihat suratku dari internet kan? Tentu, kerajaanmu kan canggih. Laut negaraku sudah terlalu banyak sampah, Nus. Kamu bisa kan menyuruh bawahanmu untuk membersihkan laut negaraku? Kumohon.. Aku merindukan laut negaraku yang bersih. Jadi bisa meluncurkan perahu kertas kapanpun kumau.
Neptunus,
Aku jatuh cinta.
Aku bingung harus sedih atau senang.
Aku mencintai orang yang cuek dan tidak perhatian, Nus. Padahal kamu tau kan, kalau aku orangnya manja dan selalu merengek padamu jika ingin ini itu. Aku berusaha menyeimbanginya, dan sejauh ini sih kita saling melengkapi. Tapi beberapa hari ini, kadar cueknya makin kelewatan, Nus. Aku ingin dimengerti, aku ingin diperhatikan, aku ingin sekali merasakan seperti apa rasanya diperjuangkan. Aku sedang berada di titik terlemahku, Nus. Biasanya aku hanya bersikap sabar dan terus menunggu kabarnya saja. Aku terlalu pengecut untuk memulai pembicaraan duluan. Dia galak, Nus. Iya, galak! Jika dia sedang sibuk, lalu aku mengirim pesan duluan, kadang tak dibalas, kadang hanya dibalas "ya" saja. Aku tak tau apa aku yang terlalu sensitif atau memang dia yang tak mau diganggu. Padahal, aku sudah menerapkan teorimu yang berbunyi "Kalau kamu mau disayang, jadilah penyayang terlebih dahulu. Kalau mau diperhatikan, maka jadilah sosok yang perhatian. Dan seterusnya.." Sudah Nus, Sudah! Aku sudah menyayanginya, sudah memerhatikannya, tapi dia? Dia hanya datang semaunya, sesukanya, seenak jidatnya.
Maaf Nus, aku jadi kasar.
Kadang aku suka bertanya-tanya, kenapa sikap cueknya hanya ditujukan padaku? Kenapa sama orang lain, dia mau memerhatikan? Kenapa sama orang lain, ia masih mau membalas ramah? Tolong sampaikan padanya, Nus. Mungkin dia tak sadar dengan sikap dan perilakunya. Atau mungkin, seperti itukah cara ia membalas cinta seseorang? Atau memang dia tak mau disayang? Tak mau diperhatikan? Aku tak tau, Nus. Ia terlalu dingin. Ia jarang bicara panjang jika tidak ku pancing-pancing. Kadang aku seperti berbicara dengan angin yang tak bisa kutangkap sendiri. Aku tak pernah bisa membuatnya jadi sosok yang hangat. Aku tetap seperti anak kecil yang selalu merengek ini itu. Tapi kali ini, keinginanku tak dipenuhi, aku diabaikan.
Nus,
tolong aku.
Aku mau meledak!
Cepat balas suratku ya, Nus. Aku akan merasa sedih sekali kalau kamu membalasnya lama, lalu hanya berisi kata "ya" saja seperti ketika aku mendapat balasan darinya. Dan, aku boleh ya Nus titip salam padanya. Tolong sampaikan agar ia tak lagi telat makan, syukur-syukur bisa makan lebih dari 3x sehari. Tubuhnya semakin kurus saja, Nus. Lalu, sampaikan juga kalau ia harus rajin minum, aku suka sedih melihatnya memegangi perut tepat dimana bagian ginjal berada. Satu lagi, tolong katakan, tangan kirinya jangan dipakai untuk mengangkat beban yang berat-berat. Kalau tangan kiri sudah capai, gantian pakai tangan kanan. Kadang ia suka meringis sambil memegangi tangan kirinya. Padahal tangan kirinya sangat kokoh dan kuat ketika menggenggam tanganku, menuntunku untuk membantuku menyeberang atau menyusuri tangga. Tangan kirinya juga hangat sekali Nus. Aku merasakannya saat berada di ruangan bioskop yang dingin saat menonton Perahu Kertas. Ternyata, didalam sosoknya yang dingin, ia masih memiliki kehangatan yang ia bagi untukku.
Neptunus,
aku bahagia, tapi aku sedih..
dari seseorang
yang semalam marah-marah
seperti Sengkuni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar