cerita sebelumnya disini :)
“Kamu ngapain kesini?” tanyaku sinis.
“Mulai hari ini, aku kerja disini.” jawabnya kalem.
“Bagian apa?” tanyaku lagi dengan nada senior.
“Cuma IT, aku duluan ya.” Dia berjalan meninggalkanku menuju ruangannya. Bagaimana bisa? Dia yang baru saja lulus kuliah dengan mudahnya menjabat posisi yang jauh diatasku. Sementara aku? Lima tahun aku bekerja hanya sebagai penerima tamu dan tukang angkat telfon! Menyebalkan.
================
“Laras, kebetulan sekretaris kita cuti hamil, dan Rayhan yang anak baru itu diminta Bos buat ngurusin proyek baru kita. Kan lo udah lama disini, udah sering nge-backup kerjaan anak-anak juga. Jadi gue harap lo nggak keberatan buat nemenin Rayhan ngurusin proyeknya.” tutur Supervisorku pada suatu siang.
“Proyek apa?” tanyaku pelan. Hebat betul dia, baru bekerja seminggu disini sudah pintar cari muka.
“Kantor kita kan mau buka cabang di Jogja, dia disuruh Bos buat ngurusin software sama sistem jaringannya biar bisa langsung online sama Kantor Pusat”
“Kenapa nggak yang senior aja sih, Mas, yang jalan?” tanyaku lagi.
“Wah, yang senior lagi ada proyek di cabang lain juga. Cuma dia sama Pak Parman yang masih stay disini. Istrinya Pak Parman lagi sakit, jadi beliau nggak bisa dinas luar.”
“Terus si Ray bilang kalo dia sanggup, gitu?” tanyaku lagi, kesal.
“Dia bilang sanggup, tapi minta ditemenin sama lo. Hahaha. Gimana Ras? Lo mau ya? Dia pinter kok orangnya.” Aku tak mengerti apakah supervisorku bercanda atau tidak.
“Serius, Mas? Dia bilang gitu?” Tanyaku penasaran.
“Yee, tanya aja orangnya. Yaudah lo siap-siap aja, kemungkinan berangkatnya lusa. Kalian berdua cuma dikasih duit dari kantor sekian, berangkat dan pulangnya kalian atur sendiri mau naik apa, penginapan dan makan juga terserah kalian, jangan lupa disimpen struk-nya. Kalau kurang nanti kita ganti, kalau lebih ya buat kalian.” jelasnya.
“Wuih, hebat banget ni kantor. Dinas luar tapi suka-suka karyawan” aku senang mendengar penjelasannya.
“Tapi inget, kalian cuma dikasih waktu dua minggu disana. Makanya buru-buru kelarin kerjaan biar bisa sekalian liburan. Oke?” Supervisorku pergi sambil mengacungkan jempol.
Aku menghela napas panjang. Cobaan apalagi ini, dia tiba-tiba datang dan datang lagi mengganggu hidupku. Entahlah, aku terlalu takut untuk membencinya. Aku takut jika kadar benciku meningkat, justru akan berevolusi menjadi perasaan bernama cinta. Benci dan cinta beda tipis, bukan? Bisa saja, selama 8 tahun ini, dari SMA hingga kini aku memendam benci teramat dalam padanya, namun ketika nanti 2 minggu bersama, aku malah jatuh cinta. Oh Tuhan, aku tak mau!
“Eh, Laras! Bengong aja. Makan siang yuk.” Ucap Rayhan membuyarkan lamunanku.
“Hah?” dan yak, hanya kata itu yang terucap dari mulutku. Kaget, bingung, dan aneh, mungkin?
“Kok hah? kaget ya aku ajak makan siang bareng? Atau bingung mau jawab apa? Atau, kamu pasti nganggep aku aneh. hehehe” Hey, what the? Kenapa dia bisa baca pikiranku? Otakku sibuk berdialog sendiri sampai-sampai Rayhan bertindak jauh diluar nalarku. Ya, tiba-tiba ia menarik tanganku dan menuntunnya sampai ke parkiran lalu menuju mobilnya.
“Udah nggak usah kelamaan mikir, ikut aja. Aku traktir. Kamu jangan nolak, anak Kost harus pinter ngatur uang, tapi ya sekali-sekali dong makan enak. Jangan mie mulu.” Ia terus berceloteh sampai tiba di mobilnya. Aku masih terbengong-bengong oleh kelakuannya.
“Lusa udah siap kan?” tanyanya seraya membukakan pintu mobil untukku. Aku mendadak pusing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar