Jumat, 12 Oktober 2012

Kejutan (Part 3)

Cerita sebelumnya disini :)

"Hati-hati ya Ray, Ras." 

"Hati-hati cinta lokasi!" Pesan teman-teman kantor lamat-lamat makin tak terdengar. 

Aku dan Rayhan memilih untuk berangkat menggunakan kereta, agar lebih irit dan bisa puas liburan di Jogja dengan uang saku dari Kantor tentunya. Eh, tapi, apa benar bisa puas liburan bersama musuh menjengkelkan ini?

"Ras, nanti disana nginep dimana ya? Kita belum pesen penginapan lho." Ujar Rayhan membuyarkan lamunanku.

"Buat 2 minggu ya? Kayaknya nggak mungkin nginep di hotel 2 minggu. Aku tidur di Kantor Cabang Jogja aja deh." jawabku ngasal.

"Yee, dasar mental anak Kost. Kamu nggak ada temen atau saudara di Jogja?" tanyanya terdengar ragu.

"Banyak." jawabku cepat.

"Nah, kita inepin aja ganti-gantian!" Serunya riang.

"itu juga mental anak kost tauk, numpang!" aku menoyor kepalanya.

"ih, kok aku ditempeleng sih? Nggak sopan!" Ray mencubit pipiku. Lalu aku membalas dengan mencubit hidungnya. Lalu ia menjitakku, dan kemudian aku menjewer telinganya. Saling tertawa, dan akhirnya kelelahan.

"Kita kayak anak kecil yah." kata Ray yang masih terengah-engah.

"Ye, kamu tu masa kecil kurang bahagia."

"Yang penting bukan masa SMA kurang bahagia." sahut Rayhan sinis.

"ih, apaan sih?" Aku kesal. Ia telah membuka lagi lembaran-lembaran usang yang ku kira sudah ia bakar tak bersisa. Tapi ternyata ia masih mengingatnya, bahkan menyebutnya dihadapanku. Aku tak mengerti apa maksudnya berkata seperti itu. Mau perang lagi? Aku tak takut.

Aku dan Rayhan terdiam dalam waktu yang cukup lama. Perlahan-lahan ku beranikan diri untuk melihat wajahnya. Ternyata ia sudah tertidur. Aku mencoba untuk tidur sambil menerka-nerka perubahan sikapnya esok pagi. Sesekali kulirik lagi ke arahnya, cepat sekali pulas anak ini.

Kuperhatikan dadanya yang bidang, bahunya yang kokoh dan lehernya yang jenjang. Sungguh indah ciptaan Tuhan yang kadang menyebalkan ini. Ingin rasanya aku bersandar di bahunya dan tertidur sampai pagi. Kucoba merebahkan kepalaku tepat dibahunya. Ku lakukan perlahan agar tak mengganggu tidurnya. Hangat. Nyaman.

Satu detik..
Dua detik..
Ah, dia benar-benar sudah tidur. Ku pejam kan mataku. Namun tiba-tiba, aku merasakan sebuah kecupan hangat di kepalaku. Aku merasakan hembusan nafasnya menggelitik anak-anak rambutku. Dadaku bergemuruh tak karuan. Apa yang ia lakukan?

Ku coba bersikap tenang. Namun kejutan lagi-lagi datang. Ia menggenggam tanganku. Erat. Hangat. Aku tercekat. Senyap. Sekujur tubuhku kaku. Hening. Aku berharap pingsan sampai pagi.

======================

Pagi tiba. Aku membuka mata ketika kereta sudah sampai tujuan, Stasiun Tugu. Dan ketika bangun tadi, ku temukan kepalaku masih bersandar di bahunya. Aku cuek. Toh diam-diam semalam ia juga mencuri-curi kesempatan terhadapku.

"Kita mau kemana dulu?" aku memulai pembicaraan.

"Cari hotel deket sini aja dulu" Jawab Rayhan singkat.

"Tuh hotel" Aku setengah berteriak seraya menunjuk sebuah gedung megah yang jaraknya tak begitu jauh dari posisi kami saat ini, Stasiun Tugu.

"Oh yaudah, coba cek kesana dulu yuk." Rayhan berjalan dengan semangat tanpa memperdulikan aku yang berjalan terengah-engah.

"Ray, tungguiiin.." aku menunduk sambil memegangi kedua lutut. Seperti orang yang sedang melakukan gerakan rukuk dalam shalat.

"Sini tas kamu, aku yang bawa." Ray berhasil merebut tasku, lalu menuntun tanganku. Menyeberang, berjalan di sepanjang trotoar. Terlihat seperti anak kecil yang takut tersesat, namun sang ayah menjaganya. Dan rasanya dunia berputar lebih lama.

Kemudian, diantara ramainya Kota Jogja dengan tukang becak melambai-lambaikan tangan, ranting pohon yang menari-nari, dan matahari yang semakin terik... Aku tersenyum dengan pipi bersemu.

====================================


"Rayhaaann.. Banguun!!!" Teriakku sambil menggedor-gedor pintu kamar Rayhan. Sesampainya di Jogja tadi pagi, Ray memesan dua buah kamar di hotel dekat Tugu. Kami langsung menuju kamar masing-masing dan beristirahat. Aku tertidur sampai sore dan tak tau sedang apa Ray dikamarnya.

"Apa siiiih.." Jawab Rayhan seraya mebuka pintu kamarnya. Matanya sayu, rambutnya acak-acakan. Ia mengenakan kaos singlet putih dan boxer berwarna kuning yang memamerkan seluruh bulu kakinya. Tanpa sadar, aku memerhatikannya dari atas sampai bawah. Dan pose seperti itulah yang menurutku, seksi.

"Ngapain kamu berdiri senyam-senyum disitu? Emangnya aku pisang? Senyum-senyum" Ia menggumam dan membuyarkan lamunanku.

"Yee.. emangnya aku monyet?"

"Yaa emang. Mau ngapain?" tanyanya kemudian.

"Main yuuuk, udah sore nih. Jangan tidur mulu.Besok kan udah mulai kerja." rengekku.

"Oh iya, aku belum ngabarin orang cabang sini kalau kita udah sampe. hehe" ia nyengir. Tampan, batinku.

"Terus kamu belum tau kantor cabang dimana letaknya?" tanyaku panik.

"Santai nona, besok kita dijemput di hotel."

"Terus kapan kita main?" tanyaku lagi.

"Mandi dulu sana. Habis itu main. Oke?" ia mengacak-acak rambutku. Aku diam.


================================

"Besok, aku kerjanya ngapain ya?" Tanyaku sambil sibuk menyantap pisang goreng.

"Kamu, jadi asisten pribadiku" Jawabnya setelah menyeruput kopi. Saat ini kami sedang berada di angkringan sekitar Tugu.

"Udah? Gitu doang selama dua minggu?" Tanyaku lagi.

"Ah, tiga hari sama aku juga kelar. Sisanya buat liburan. Mau kemana aja?"

"Ke Parangtritis, Beringharjo, Malioboro, Keraton, Taman Sari, UGM, kaki Merapi. Aaaaah banyak. Kalo kamu?" tanyaku balik.

"Aku mau langsung pulang." jawabnya kalem.

"Pulang? Ke Jakarta?" Tanyaku bingung.

"Iya, pulang. Ke Jakarta." Jawabnya mantap. Aku diam.  Ia pun sepertinya memilih untuk diam dan tak menceritakan apa tujuannya ke Jakarta.

Kami sama-sama diam selama perjalanan pulang menuju hotel. Jogja gerimis. Tapi tak satupun dari kami yang berinisiatif untuk berlari-lari kecil. Aku dan Ray menikmati hujan dengan perasaan masing-masing. Aku merasa sendiri, tanpa ada yang menuntunku seperti anak kecil lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar