Cerita sebelumnya disini :)
Aku dan Rayhan sudah take off dari jam 8 pagi. Namun selama perjalanan, Ray hanya diam. Sementara aku tiba-tiba lupa bagaimana caranya memulai pembicaraan. Aku pun memilih untuk diam sambil mengamati pemandangan di luar jendela. Batinku berkecamuk. Perasaanku kacau-balau. Aku melamun.
Rayhan Abimanyu,
besok kamu ulang tahun ya? Kenapa baru kasih tau aku semalam sih? Kenapa juga enggak ngerayain di Jogja aja? Berdua sama aku! Emangnya kamu enggak mau ya, ngerayain berdua sama aku? Padahal, kamu udah jadi sosok spesial di hati aku. Aku maunya berdua terus sama kamu.
Rayhan Abimanyu,
besok itu, ulangtahunmu yang ke-26 kan? Seingatku, selisih umurmu hanya setahun denganku. Di umur yang ke-26 ini, kamu mau apa? Kenapa di umur se-tua itu kamu masih merayakan ulangtahun dirumah? Pasti ini perintah ibumu ya? Ibu-ibu memang menyebalkan, cerewet. Terlebih lagi, ibumu orang Jawa, pasti sensi melihatku yang asli betawi. Seharusnya, ulangtahun ke-26 dirayakan di restaurant atau hotel. Dengan dresscode serba putih, candle light dinner, pesta topeng, kemudian romantic dance. Dan aku yang jadi pasanganmu. Aaah.. Rasanya pasti seru.
Rayhan Abimanyu,
selama kamu dekat denganku, apa kamu tak merasakan denyut yang sama? Denyut yang biasa orang-orang katakan dengan nama Cinta. Ah, ribet. Maksudku, apa kamu tak Cinta padaku? Pasti diam-diam kamu jatuh cinta padaku. Namun, kamu terlalu gengsi untuk mengakuinya. Dan aku pasti orang yang paling kamu tunggu-tunggu kehadirannya di pestamu.
Ray terlihat tampan dengan setelan jas-nya, dan aku terlihat seperti upik abu yang disulap menjadi cinderella oleh ibu peri. Acara berjalan romantis. Di tengah-tengah pesta dansa, Ray tiba-tiba menggenggam tanganku dan mengambil kotak merah di saku celananya. Dibukanya kotak itu, mataku terbelalak kaget melihatnya. Dengan penuh kelembutan, jari-jarinya memakaikan sebuah cincin berhiaskan permata di jari manisku.
"Will you marry me?" tanyanya mantap. Ray melamarku diumurnya yang ke-26. Seluruh mata tertuju padaku.
Aku tersenyum.
Kemudian mengangguk.
Tiba-tiba dunia serasa milik kami berdua. Ray memegang lembut daguku dan perlahan-lahan wajahnya mendekat ke wajahku. Jantungku berdebar tak karuan. Melihat wajah tampannya dari jarak sedekat ini membuatku merasa sedang di atas awan. Mata kami bertautan, saling mengunci dalam satu titik. Kurasakan hembusan nafasnya semakin dekat ke arahku. Pipiku terasa panas. Helai-helai rambutku menggelitik di leher. Hidung kami bersentuhan. Dan..
"Bangun Ras, udah sampe." Rayhan menepuk-nepuk pipiku.
"Hah?" aku terengah-engah. Masih tak sadar kalau yang barusan itu mimpi. Rasanya benar-benar nyata!
"kok kaget? Ayo bangun, udah sampe."
"ah, iya" Aku menyesal, mengapa tak ku cepat-cepat selesaikan saja mimpiku tadi.Aku beranjak dari tempat dudukku dan mulai menyusul Ray yang sudah berkemas daritadi.
"Kita pulangnya misah ya? Aku dijemput." Ucap Ray kemudian.
"Oh. Iyah." jawabku lesu.
"Kamu ati-ati ya. Sampai jumpa besok sore." Ray mengerlingkan matanya ke arahku dan berlari menjauh.
Aku tersenyum kecut.
========================
Aku terdiam menatap langit-langit Kamar kost-ku. Aku bingung akan memberi kejutan apa untuk Ray. Bahkan aku tak tau sama sekali apa kesukaannya. Dulu kan dia musuhku. Apa yang harus ku berikan padanya?
Kuraih kamera digital dari dalam tasku. Kubuka satu persatu foto didalamnya. Aku dan Ray terlihat seperti pasangan kekasih. Tapi lebih terlihat lagi seperti kakak-adik. Mataku dan matanya, sama. Hidung kami pun serupa. Dan bibirnya, membuatku teringat mimpiku tadi di perjalanan pulang. Ah, aku malu.
Ah, foto!
Lumayan banyak foto-foto yang dijepret kamera digitalku selama perjalanan. Akan ku susun dan ku rangkai dalam sebuah frame besar. Aku segera memindahkan foto-foto dari kamera digital ke laptop, kemudian ku copy ke flashdisk.
Lumayan banyak foto-foto yang dijepret kamera digitalku selama perjalanan. Akan ku susun dan ku rangkai dalam sebuah frame besar. Aku segera memindahkan foto-foto dari kamera digital ke laptop, kemudian ku copy ke flashdisk.
Hari sudah sore, aku mengelilingi daerah Mampang dengan meminjam sepeda motor teman kost-ku. Ku temukan sebuah toko berlantai dua dan bercat hijau yang berada didekat Pasar Mampang, didepan toko tersebut bertuliskan "Terima Cetak Foto Kilat" . Aku mermarkir motor lalu masuk ke dalam. Banyak orang sipit disini.
"Koh, cetak foto 3R berapa ya?" tanyaku sopan.
"Hayya, satunya celebu. Tapi toko oe kasih diskon kalo lu olang cetak foto 30 bayalnya dua puluh lima lebu boleh lhaa" jawab si Penjaga Toko dengan aksen ke-mandarin-an. Aku mengernyit.
"Nih file-nya koh." ku berikan flashdisk ku. Ia meraihnya dan memasukkan flashdisk ke komputer. Aku membantunya menyeleksi 30 foto.
"Kalo bingkai yang itu berapaan koh?" tanyaku sambil menunjuk salah satu frame yang bergelantungan di dinding toko.
"Hayya, oe kasi lu olang tiga pulu lebu aja bole lhaa"
"dua lima deh koh. Biar pas gocap." ujarku dengan nada memelas.
"yaa bolelaa. Bungkus bungkus." si Penjaga Toko memasukkan barang-barang belanjaanku dalam satu plastik. Aku kerepotan membawanya.
Hari sudah malam. Sesampainya di kamar kost, aku segera mengeluarkan seluruh isi plastik. Melihat-lihat foto kami berdua dan kemudian mengguntingnya menjadi bagian-bagian kecil. Kusiapkan selembar kertas karton berwarna hitam lalu ku samakan ukurannya dengan ukuran frame. Ku tempelkan foto-foto yang telah digunting satu persatu di lembaran karton. Foto dengan pose bermacam-macam. Ada pose dimana Ray sedang mengacak-acak rambutku, aku menjitak kepalanya, ia mencubit kedua pipiku. Ada juga foto-foto kami saling berangkulan mesra, saling bertatapan, saling tertawa lebar, saling memamerkan gigi. Kemudian foto Ray sedang tidur, foto-foto di bukit bintang... Aku tersenyum melihatnya. Seluruh foto telah selesai ku susun, namun bagian tengah masih kosong. Ku gunting kertas A4 menjadi bentuk bintang. Kuraih spidol berwarna biru, kemudian menuliskan pesan ditengahnya;
Selamat datang di usiamu ke-26, Ray..
semoga semua keinginanmu terwujud
semoga prestasimu terus gemilang
semoga kamu cepat menemukan jodohmu
bersinarlah, Ray.
bersinarlah seperti bintang di langit
bersinarlah di hatiku
sinari aku, dengan cintamu.
Dari aku,
yang jatuh cinta diam-diam padamu.
"DONE!" teriakku kelelahan. Segera ku bungkus hasil jerih payahku dengan sebuah kertas kado. Rapi sekali. Ku peluk erat kado untuk Ray, dan tertidur sampai pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar