Sabtu, 07 Desember 2013

Surat Ketujuh; Celengan Ayam

Sabtu, 7 Desember 2013


Selamat pagi, celengan ayam yang bertengger di sudut meja belajar. 

Kerap kali aku membayangkan, ayam jagoku ini dapat berkokok seperti ayam tetangga. Yang setiap paginya berisik membangunkanku dari tidur panjang tanpa mimpi. Atau, bila kau betina, setidaknya kau bisa bertelur dan menghasilkan pitik-pitik ayam yang bisa aku cat warna-warni. Ah, membayangkannya saja aku ngikik sendiri.

Kau terbuat dari plastik. Berbeda dengan celengan ayam lainnya yang dibentuk dari tanah liat. Ibu pernah berpesan agar tak menabung di celengan tanah liat, mengapa? Jika disimpan terlalu lama di dalam sana, uang yang terbuat dari kertas bisa memudar warnanya. Begitulah katanya. Daripada menyesal ketika membuka nanti, lebih baik ku turuti saja.

Tiga tahun sudah umurmu, bersamaan dengan tiga tahun aku memiliki penghasilan sendiri...

Jadi begini, laptopku rusak. Sementara masih banyak yang harus ku kerjakan dengan menggunakan keyboard, monitor dan internet. Sebuah ponsel saja tak cukup untuk mendukung kinerjaku. Tabungan di rekening nampaknya masih kurang, mengingat selama setahun ini aku boros luar biasa ketika bepergian keluar kota. Ditambah lagi biaya awal semester yang nggak tanggung-tanggung. Maka dari itu, aku butuh kerja sampingan. Dan mau tak mau harus menggunakan laptop. Kamu mengerti kan maksudku? Sudah saatnya aku mengambil apa yang telah kau jaga baik-baik disini.

Hmm... Kau sudah siap? Anggap saja kita sedang melakukan operasi bedah plastik. Kau pejamkan mata saja. Bayangkan cutter yang ku genggam ini tidak sakit. Tenang, kau tak akan berdarah.

Sudah, jangan bersedih. Kelak kau akan punya pengganti. Pemilikmu ini selalu membiasakan diri untuk menabung, kok.


Nanti sore uangnya mau dipakai beli notebook. Doakan dapet yang cocok, ya!


Salam,


Dek Agit

2 komentar: