Selasa, 10 Desember 2013

Surat Kesepuluh; Si Mancung

Selasa, 10 Desember 2013


Mancung, apa kabar?
Belasan fotomu masih tersimpan rapi di galeri henfonku. Tiap kali melihat mata sipitmu, rasanya hatiku berdesir pilu.

Enam tahun kita bersama. Sejak aku lulus SD hingga lulus SMA. Aku tak pernah tahu bagaimana kau tiba-tiba hilang dan tak ada kabar. Ku coba mencarimu ke setiap sudut perumahan, namun suara nyaringmu tak lagi terdengar. Tak ada lagi yang menyahut tiap aku meneriakkan namamu.

Tempe goreng adalah menu favoritmu. Bukan ikan asin seperti yang lainnya. Hobimu bermain bola dan menangkap capung. Beberapa kali ku temukan kebiasaan burukmu mengacak-acak lemari baju dan tertidur dalam buntelan kain. Ada-ada saja.

Tak terasa, sudah hampir tiga tahun kita berpisah. Semoga kau tenang di alam sana. Anak-cucumu mirip sekali denganmu! Mereka seringkali berkeliaran didepan gang dan memiliki warna yang sama denganmu!



Mancung dan Lidahnya


Mancung dan Mata Sipitnya


Dulu, kau punya saudara kembar yang ku beri nama Monyong dan Manyun. Namun keduanya tak bisa bertahan hidup lebih lama. Oleh karena itu, aku memberimu nama yang berbeda. Tak lagi berhubungan dengan mulut, tapi hidung. Ya, jadilah namamu Mancung :)



Salam,


Dek Agit


Tidak ada komentar:

Posting Komentar